banner Kulbar
BeritaLifestyle

Sosok Lafran Pane Yang Dikisahkan Dalam Film Lafran Pane

×

Sosok Lafran Pane Yang Dikisahkan Dalam Film Lafran Pane

Share this article

Barisan.id, – Film “Lafran” yang menggambarkan kehidupan Lafran Pane yang tayang di bioskop pada 20 Juni 2024 lalu sangat menginspirasi para pemuda.

Produksi dari Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan Reborn Initiatives ini dibintangi oleh Dimas Anggara, Lala Karmela, dan Mathias Muchus.

Film ini menceritakan perjalanan hidup Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang berperan dalam menggalakkan semangat nasionalisme dan keislaman di kalangan kader dan masyarakat.

Tentang Lafran Pane

Lafran Pane, pendiri sekaligus ketua pertama HMI, merupakan seorang mahasiswa bersemangat di Sekolah Tinggi Islam (STI). Menurut buku “HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara” karya M. Alfan Alfian, Lafran mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta, di tengah situasi revolusi fisik. Sebelumnya, ia telah mulai merencanakan pembentukan HMI sejak November 1946. Pembentukan HMI juga didukung oleh dosen tafsirnya, Husein Yahya di STI. Meskipun ia berperan penting dalam pendirian HMI, Lafran enggan disebut sebagai satu-satunya pendiri hingga akhirnya menerima pengakuan resmi dari Kongres HMI XI di Bogor pada Mei 1974.

Lafran hanya menjabat sebagai Ketua Umum HMI selama tujuh bulan sebelum mengundurkan diri dan beralih menjadi Wakil Ketua Umum pada 22 Agustus 1947. Posisi Ketua Umum kemudian diberikan kepada Muhammad Syafaat Mintaredja agar HMI tidak terkesan hanya milik mahasiswa STI.

Dilahirkan pada 5 Februari 1922 di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, Lafran adalah adik dari sastrawan terkenal Armijn Pane dan Sanusi Pane. Berbeda dengan saudara-saudaranya, Lafran memilih jalur aktivis mahasiswa dan mendirikan HMI. Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, adalah seorang jurnalis, sastrawan, serta pendiri dan pemimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan, serta guru dan pendiri Muhammadiyah di Sipirok.

Lafran memulai pendidikan di Pesantren Muhammadiyah Sipirok dan melanjutkan pendidikan formal hingga tingkat menengah dengan beberapa gangguan. Ia sempat menempuh pendidikan di HIS Muhammadiyah sebelum pindah ke Jakarta mengikuti kedua saudaranya. Di Jakarta, ia aktif dalam kelompok remaja Zwarte Bente dan terlibat dalam penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Setelah ibu kota dipindahkan ke Yogyakarta, Lafran melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Islam (sekarang UII) dan bergabung dengan Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), meskipun kemudian memilih keluar karena ketidakcocokan.

Selain dikenal sebagai pendiri HMI, Lafran juga mengajar di beberapa universitas di Yogyakarta, termasuk Fakultas Sosial dan Politik UGM, UII, dan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga.

Lafran Pane meninggal dunia pada 25 Januari 1991 akibat stroke. Pada 9 November 2017, Presiden Jokowi memberikan gelar pahlawan nasional kepadanya melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017, sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam menggerakkan pemuda di Indonesia melalui HMI.

Hingga kini, nama Lafran Pane terus dihormati dalam HMI, dan tiga gagasan utamanya masih relevan untuk dipelajari:

• HMI, dengan independensinya, berhasil mengurangi polarisasi antara kelompok nasionalis, komunis, dan Islam di kalangan mahasiswa pasca-proklamasi 1945, serta menjadi wadah untuk mempelajari Islam dan memperkuat rasa kebangsaan.

• Misi HMI dalam mengajarkan Islam berperan besar dalam integrasi pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum, membantu menyeimbangkan kehidupan mahasiswa.

• HMI yang didirikan oleh Lafran Pane telah berkembang melewati berbagai era, dari revolusi kemerdekaan, Orde Baru, Orde Lama, Orde Reformasi, hingga masa kini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *