banner Kulbar
BeritaLingkungan

Ikan-Ikan Disungai Dumagin Mendadak Mati, Ada Apa?

×

Ikan-Ikan Disungai Dumagin Mendadak Mati, Ada Apa?

Share this article
Ikan mati di pinggiran sungai. Dokumen istimewa
Ikan mati di pinggiran sungai. Dokumen istimewa

Barisan.id, – Peristiwa tidak biasa terjadi di Desa Dumagin, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada senin (11/11/2024). Warga di kawasan itu di gegerkan dengan banyaknya ikan mati di pinggiran sungai dumagin.

Salah satu warga yang tidak mau disebutkan namanya, menjelaskan bahwa peristiwa matinya ikan tersebut diketahui pada saat warga sekitar mencium bau busuk diungai, setelah dilakukan pengecekan ternyata penyebab bau busuk tersebut adalah ikan-ikan sungai yang sudah mati.

“Disepanjang pinggiran sungai di hulu desa Dumagin banyak bangkai ikan mati,” ujanrya.

Sebelumnya, peristiwa matinya ikan sungai seperti ini pernah terjadi pada tahu 2014. Kala itu ditemukan banyak bangkai ikan mati mulai dari ikan yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar.

“Kami menjadi khawatir dengan air sungai ini, kami takut jika beraktivitas disitu seperti mencari ikan, mengambil air untuk minuman ternak, bahkan untuk mencuci atau mandipun kami sudah takut,” ujarnya.

Ia pun peristiwa seperti ini agar mendapatkan perhatian dari pemerintah, dan bisa menyampaikan kepublik penyebab dari kejadian tersebut.

“Peristiwa ini sudah kali kedua terjadi dan belum pernah terungkap penyebab pasti dari kematian ikan di sungai Dumagin. Semoga peristiwa ini dapat segera diketahui penyebabnya untuk menghindari kerugian masyarakat Dumagin dan jangan sampai peristiwa ini kemudian menimbulkan korban jiwa,” pungkasnya.

Penyebab Matinya Ikan Sungai Menurut Para Ahli

Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, Dr. Agus Santoso menjelaskan bahwa limbah dari industri pertambangan, seperti tailing (limbah hasil pengolahan bijih mineral), sering kali mengandung logam berat berbahaya seperti merkuri, arsenik, dan timbal.

Ketika limbah ini masuk ke sungai, konsentrasi zat beracun meningkat, menyebabkan ikan mengalami keracunan dan gagal bertahan hidup.

Sementara itu, Prof. Dr. Endah Rahayu, ahli ekotoksikologi dari Universitas Diponegoro, menyebutkan juga bahwa logam berat tersebut tidak hanya merusak ikan secara langsung, tetapi juga mengganggu rantai makanan.

Plankton, yang menjadi makanan utama ikan kecil, mati lebih dulu akibat paparan bahan kimia. Ini menyebabkan gangguan ekosistem yang merembet hingga ke ikan predator.

Cara Cegah Matinya Ikan Sungai Dimasa Mendatang

Pencemaran sungai akibat limbah adalah persoalan yang kian mendesak, mengancam tak hanya ekosistem air, tetapi juga kehidupan di dalamnya, termasuk ikan. Limbah yang dibuang begitu saja tanpa pengelolaan yang memadai akan merusak kualitas air, mengancam kehidupan ikan, dan menghancurkan keseimbangan alam yang rapuh. Ini bukan sekadar masalah lingkungan, ini adalah ancaman bagi seluruh kehidupan yang bergantung pada sungai.

Dr. Arif Hidayat, pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa industri yang beroperasi di sekitar sungai harus memiliki sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan standar lingkungan.

Limbah cair, seperti bahan kimia beracun, logam berat, dan sisa produksi, harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai.

Teknologi pengolahan limbah, seperti bioreaktor atau metode pengolahan biologis, bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan terhadap ekosistem sungai.

Sementara itu, Dr. Nia Rahmawati, ahli hukum lingkungan, menyoroti pentingnya pengawasan dan penegakan hukum yang tanpa pandang bulu terhadap para pelaku pencemaran.

Perusahaan atau individu yang melanggar aturan harus mendapat sanksi tegas. Tanpa penegakan hukum yang jelas, pencemaran akan terus berlanjut.

Pada akhirnya, ini bukan hanya soal menjaga sungai, ini soal menjaga kehidupan. Sungai adalah sumber kehidupan, dan jika kita gagal menjaganya, kita akan merusak fondasi alam yang menopang kehidupan itu sendiri.

Kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga kebersihan sungai, baik melalui pengelolaan limbah yang tepat, edukasi masyarakat, restorasi ekosistem, maupun penegakan hukum yang tegas.

Jika tidak, kita akan terus membiarkan kerusakan itu berlangsung, dan tak ada yang akan bisa mengembalikan apa yang telah hilang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *