Barisan, – Isu perubahan iklim tak lagi sekadar ancaman di masa depan. Kini, ia mengetuk pintu setiap aspek kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Merespon tantangan ini, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, organisasi Islam yang telah berusia lebih dari satu abad, hadir dengan langkah nyata: mengintegrasikan nilai keberlanjutan ke dalam dunia pendidikan.
Peluncuran buku Islamic Green School: Pedoman Praktis Sekolah Ramah Lingkungan menjadi tonggak baru dalam upaya ini. Buku ini adalah buah kolaborasi pakar pendidikan dari Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat dengan dukungan penuh dari Majelis PAUD Dasmen PP ‘Aisyiyah dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP ‘Aisyiyah.
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Masyitoh Chusnan, menegaskan pentingnya buku ini dalam menciptakan kesadaran ekologis di kalangan generasi muda.
“Langkah ini bukan hanya penting, tetapi mendesak. Di tengah globalisasi yang serba instan, pendidikan harus menjadi ujung tombak penyelamatan lingkungan,” kata Masytoh, Rabu (7/1/2025).
Masytoh juga menyampaikan harapanya agar buku ini menjadi panduan konkret bagi guru dalam mengenalkan nilai-nilai lingkungan sesuai usia anak didik.
“Buku ini akan menjadi aset intelektual yang tak pernah punah,” ujarnya.
Tanggung Jawab Sekolah sebagai Rumah Kedua
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, yang turut hadir, memberikan apresiasi mendalam terhadap buku ini.
Fajar menekankan pentingnya peran sekolah sebagai rumah kedua anak-anak dalam membangun kesadaran ekologis.
“Anak-anak perlu mengenal persoalan kehidupan yang mengancam eksistensi mereka. Dari situ, mereka akan memiliki kesadaran untuk melestarikan alam dan menjadi khalifah yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Fajar juga mengingatkan dampak nyata perubahan iklim, mulai dari banjir di Abu Dhabi hingga cuaca ekstrem yang memengaruhi pelaksanaan ibadah haji.
“Generasi muda harus memahami efek negatif pemanasan global agar mereka terlibat dalam mitigasi dan adaptasi,” tambahnya.
Gerakan Nyata, Bukan Hanya Wacana
Hening Parlan, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah, menegaskan bahwa Islamic Green School tidak boleh berhenti di ranah wacana. Ia mendorong aksi nyata yang melibatkan pola asuh, gaya hidup hijau, dan keterlibatan masyarakat sekitar sekolah.
“Kita butuh inovasi yang dimulai dari obrolan kecil hingga menjadi gerakan besar. Islamic Green School harus menjadi model yang menciptakan dampak nyata,” tegasnya.
Peluncuran buku ini dilakukan dalam rangkaian Tanwir I ‘Aisyiyah di Aula Lantai 6 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah.
Acara tersebut dihadiri 82 peserta luring dari berbagai Majelis, Lembaga, Ortom PP Muhammadiyah, dan PP ‘Aisyiyah. Lebih dari 409 peserta lainnya bergabung secara daring melalui ZOOM, termasuk dari Ikatan Guru ABA (IGABA) dan Ikatan Guru ‘Aisyiyah se-Indonesia (IGASI).
Melalui gerakan ini, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah berharap dapat mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan praktik keberlanjutan. Islamic Green School bukan hanya menjadi simbol, tetapi juga komitmen bersama untuk menjawab tantangan global dengan aksi lokal yang nyata.