Penulis : Asniawati A Awila
Wakil Presiden BEM UNG
Barisan.id, Gorontalo – Universitas Negeri Gorontalo (UNG) merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik yang ada di Provinsi Gorontalo.
UNG dikenal julukan kampus kerakyatan atau kampus peradaban yang kini masih melekat di benak para masyarakat kampus yakni mahasiswa.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kampus UNG sudah banyak menorehkan prestasi baik di bidang akademik, maupun di bidang non akademik. Prestasi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi para masyarakat kampus khususnya mahasiswa yang kini sedang menempuh pendidikan di UNG.
Dibalik prestasi yang gemilang ternyata UNG menyimpan banyak polemik yang menurut pandangan penulis selalu berujung didiamkan, tanpa ada tindak lanjut atau solusi dari pihak kampus. Polemik tersebut mulai dari kasus pelecehan terhadap para mahasiswi, kasus pembangunan kampus 3 yang tak kunjung usai, pelayanan terhadap mahasiswa yang kadang kurang mencerminkan dengan baik/tidak ramah, kampus 4 yang bangunannya hampir mencelakai mahasiswa, hak ormawa yang dipangkas dari sekretariat yang minim, terkhusus ormawa di kampus 4 yang sekretariatnya dibatasi.
Bagaimana bisa ormawa bisa berkembang sementara tempat mereka berkumpul, menuangkan gagasan, serta ide-ide cemerlang dibatasi, dan masih banyak lagi polemik yang belum mampu dipaparkan melalui narasi sederhana ini.
Apa yang sebenarnya dicari dalam kampus mengapa yang ramai banyaknya kasus justru didiamkan dipangkas dan dianggap seolah baik-baik saja.
Polemik seperti ini perlu ditindaklanjuti karena pada dasarnya kampus adalah tempat mengasah dan mengembangkan pikiran serta diberikan akses seluas-luasnya khususnya untuk mahasiswa, namun kini kampus sudah terlihat menyeramkan mahasiswa diburu agar bisa tunduk dan patuh terhadap sistem yang jelas-jelas disetting oleh penguasa dengan berbagai macam ancaman bahkan ada yang sampai diberikan ancaman melalui studi, kemudian mahasiswa yang menjadi korban.
Hal ini membenarkan bahwa kampus hanya menjadi menara mercusuar yang menjulang tinggi. Bagaimana mungkin bisa memecahkan masalah bangsa kalau yang beginian saja dianggap hal yang biasa, maka esensi pendidikan di kampus sebenarnya sudah binasa.
Begitu sulitkah mahasiswa mendapatkan rasa aman pada sebuah kampus yang seharusnya steril dari hal-hal seperti itu. Ini sistem atau pimpinan yang tidak bisa menghadirkan solusi, padahal banyak sekali kampus mencetak para petinggi, pemikir, prestasi dan pengabdian terhadap masyarakat yang mencoba untuk diukir namun semua runtuh.
Perlu adanya solusi untuk menjawab persoalan yang ada jangan sampai aksi akan menjadi solusi.