Barisan.id, Jakarta – Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan keprihatinan mendalam atas meninggalnya seorang siswa SMP Negeri 19 Tangerang Selatan yang diduga mengalami perundungan.
Peristiwa tersebut dianggap menunjukkan bahwa kekerasan di lingkungan pendidikan telah berada pada tahap yang memerlukan perhatian serius.
Puan menegaskan bahwa ruang pendidikan seharusnya menjadi tempat aman bagi setiap peserta didik. Karena itu, tindakan perundungan tidak boleh dibiarkan terjadi, baik di tingkat sekolah dasar maupun pendidikan tinggi.
Puan menyebut berbagai kasus yang muncul dalam beberapa waktu terakhir sebagai sinyal bahwa persoalan ini sudah berada dalam kondisi darurat.
Ia menilai upaya pencegahan perlu diperkuat agar praktik kekerasan tidak terus berulang di sekolah-sekolah.
Kasus yang menimpa siswa berinisial MH (13) menjadi perhatian publik. Korban disebut mengalami kekerasan sejak masa pengenalan lingkungan sekolah. Keluarga melaporkan bahwa MH beberapa kali menerima tindakan fisik, hingga pada insiden di pertengahan Oktober, kepala korban diduga dipukul menggunakan kursi.
Kondisi kesehatan MH terus menurun, meskipun sempat mendapatkan perawatan di dua rumah sakit, termasuk RS Fatmawati Jakarta Selatan. Korban akhirnya meninggal dunia.
Melihat kejadian itu, Puan meminta Komisi X DPR membahas persoalan ini dengan kementerian terkait yang membidangi pendidikan dasar, menengah, serta pendidikan tinggi. Evaluasi diperlukan untuk memahami pola perundungan yang terjadi dan merumuskan langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.
Puan juga menekankan pentingnya melibatkan tenaga profesional seperti psikolog maupun psikiater untuk memperkuat penanganan kasus kekerasan di sekolah.
Pendekatan lintas pihak dinilai penting agar lingkungan pendidikan kembali menjadi ruang yang aman bagi anak-anak.
Puan menegaskan tidak ada toleransi terhadap bentuk kekerasan apa pun, baik yang bersifat fisik maupun psikologis. DPR akan meminta kementerian terkait menelaah kembali sistem pencegahan dan penanganan perundungan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami sangat prihatin karena kasus seperti ini kembali terjadi,” Pungkasnya.













